Minggu, 29 Juni 2008

CRESYLIC ACID atau CRESOL donasi oleh Ellen HF, Jefry CH


II. CRESYLIC ACID ATAU CRESOL

2.1 Apa Itu Cresylic Acid atau Cresol?
Cresylic Acid atau Cresols adalah senyawaan organik yang termasuk ke dalam golongan metilfenol. Banyak terdapat dalam bentuk alami maupun buatan, dan diglongkan ke dalam golongan fenol (disebut juga fenolik). Tergantung dari temperatur, Cresylic Acid atau Cresols dapat berbentuk padatan atau cairan karena titik lelehnya dekat dengan suhu ruang.Tidak seperti jenis fenol lainnya, Cresylic Acid atau Cresols teroksidasi secara lambat jika terekspos dengan udara dan kemurnian Cresylic Acid atau Cresols menjadi turun, ditunjukkan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah kecoklatan. Cresylic Acid atau Cresols mempunyai bau yang khas seperti senyawaan fenol lainnya, yaitu seperti bau obat.

Common name : Cresylic Acid atau Cresol ( o, m, p-isomers)

Common trade name : cresylic acid (mixture of the three isomers)
cresylic acids (mixture of phenols)
tricresol (mixture of o, m, p- isomers)
dicresol (mixture of m- and p- isomers)
lysol (mixture of 60 cresol: 40 soap)

Common structure :

Common synonyms :

o-cresol : 2-methyl phenol
2-hydroxy toluene
o-cresylic acid
o-kresol (German)

m-cresol : 3-methyl phenol
3-hydroxy toluene
m-cresylic acid
m-kresol (German)

p-cresol : 4-methyl phenol
4-hydroxyl toluene
p-cresylic acid
p-kresol(German)

Chemical formula : C7H8O

CAS Registry Number :
o-cresol : 95-48-7
m-cresol : 109-39-4
p-cresol : 106-44-5

RTECS Number :
o-cresol : G06300000
m-cresol : G06125000
p-cresol : G06475000

Relative Molecular Mass : 108.14

Conversion Factors :
air at 25°C: 1 ppm = 4.42 mg/m3
1 mg/m3 = 0.23 ppm
water: 1 ppm = 1 mg/litre
solid or semi-solid: 1 ppm = 1 mg/kg

Cresylic Acid atau Cresols mengalami reaksi penggantian electrophilic seperti penjernihan dengan khlor, bromination, sulfonation dan nitration pada posisi yang lowong. Cresylic Acid atau Cresols juga mengalami reaksi pemadatan dengan aldehid, ketones atau dienes. Unsur-unsur atau komposisi yang ada didalam Cresylic Acid atau Cresols.

For More Contact AQD: 06221-847 86 92

Toksikologi Asbestos Chrysotile


1.2 Program mengetahui dan mengantisipasi besarnya Toksisitas pada manusia
1. Edukasi untuk menimbulkan kesadaran setiap karyawan untuk menjaga akibat pajanan dari bahan-bahan mengandung toksin dilingkup pekerjaan, keselamatan pribadi tanpa mengurangi produktifitas dan kualitas produk.
2. Mengetahui sasaran dari akibat terpajan toxic pada kesehatan karyawan.
3. Identifikasi bahaya toxic di setiap lini produksi
4. Mengetahui dosis yang berkaitan dengan pajanan pada pekerja.
5. mengusahakan pengukuran jumlah dosis yang memajan pada pekerja.
6. Sebaran yang mengakibatkan gangguan pada kesehatan.
7. Keterkaitan hubungan toxic antara satu dengan yang lainnya.
8. Melakukan usaha-usaha untuk menanggulangi bahaya yang telah teridentifikasi dengan menggunakan hirarki pengendalian bahaya yang dimulai dari yang terutama yaitu: eliminasi-substitusi-minimisasi-pengendalian engineering-pengendalian administratif-training/supervisi dan terakhir adalah penggunaan alat pelindung diri.

1.3 Pernyataan Kebijakan
Perusahaan mempunyai kebijakan tertulis tentang K3L dan ditandatangani oleh Direktur Utama dan didalamnya terdapat Kebijakan Kesehatan Industrial. Kebijakan K3L meliputi:
• Kesesuaian dengan lingkungan alam, skala dan dampak dari aktivitas, produk dan layanan yang diberikan.
• Komitmen atas perbaikan dan pencegahan polusi yang terus menerus.
• Komitmen untuk mentaati peraturan perundangan K3L, dan semua ketentuan dimana organisasi kita menjadi anggotanya.
Suatu kerangka kerja untuk pengaturan dan kajian ulang tujuan dan sasaran K3L. Ketersediaan untuk publik adanya kebersihan, kerapihan, keselamatan, kesehatan

1.4 Deskripsi mengenai Asbestos – Chrysotile (grup serpentine)

CAS number: 1200-29-5
Kimiawi: Mg6Si4H8O18/Mg6(Si4O10)(OH)8
Istilah Asbestos Chrysotile adalah ditujukan pada suatu grup atau bagian berbentuk serpentine fiber atau mineral amphibole, yang mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, penyalur panas yang rendah dan umumnya tahan terhadap reaksi kimia. Turunan ragam dari asbestos adalah chrysotile, mineral serpentine, Yang masuk dalam amphibole adalah crocidolite, amosite, anthropolyte, tremolyte dan actinolite. Sedangkan fiber chrysotile bentuknya serat panjang, tipis, fleksibel yang bergulung. Tergantung dengan reaksi kimiawinya, chrysotile mempunyai diameter 20-25nm. Setiap serat makrokospik sangat anisotropik dan cenderung berubah bentuk tergantung penanganan industri atau cuacanya, berserat dan menyerap udara.
Sumner dari asbestos sangat penting diketahui, karena banyak dijumpai di dunia, baik berupa galian tambang atau pemakaian dirumah tangga. Sangat sedikit yang diktahui diambil dari sumber alam.
Umumnya emisi asbestos dihasilkan dari:
a) Pertambangan
b) Produk jadi
c) Kegiatan konstruksi
d) Transportasi dan produk yang mengandung asbestos
e) Limbah buangan
Belakangan produk hasil emisi dari asbestos meningkat dalam kurun waktu 100 tahun ini. Kebutuhan akan asbestos ada peningkatan kurang lebih 4 miilion ton (thn 1983). Penggunaan biasanya pada pembangunan gedung (70 – 90% pada perumahan barat). Beberapa negara telah lama memakainya jauh sebelum terjadi debat mengenai penggunaan asbestos di masyarakat.
Karena banyaknya pemakaian asbestos di beberapa negara (ada 3000 negara saat ini). Dikarenakan sifatnya yang memenuhi menjadikan perlunya penanganan khusus berupa aturan hukum dalam pemakaiannya, contoh: semen fiber, atau mungkin dalam balutan kampas rem.
Tebaran atau emisi asbestos akan terjadi disaat proses dilakukan. Bila fiter atau saringan dipergunakan maka dapat ditekan dibawah 100g per ton. Hujan asam yang kini sering terjadi dapat menyebabkan korosi pada semen asbestos. Hal yang lain adalah pemakaian pada produk otomotif seperti yang diterangkan sebelumnya.
Hanya beberapa percobaan pengukuran yang dilakukan terhadap emisi asbestos ini, bahwa emisi cemaran asbestos di ruangan lebih tinggi dibandingkan diudara terbuka. Seperti debu yang dihasilkan dari produk pada atap besi atau atap semen, asbes plester. Atau mungkin yang dipakai dalam perangkat AC. Walaupun bebera hal asbsetos yang disemprotkan di atap besi sudah jarang dipakai, tapi masih banyak ditemukan dipemakaian gedung. Hingga tahun 70 an perangkat listrik masih menggunakan kandungan asbestos. ]
Dalam bentuknya sebenarnya serat asbes sendiri dapat diperangkap dalam kandungan semen. Jadi semen asbes sendiri tidak mempunyai pengaruh buruk. Factor seperti perbaikan, perawatan, getaran ataupun pengrusakan akan menyebabkan cemaran emisi asbestos diudara. Begitu juga perubahan cuaca dan temperature.
Karena masyarakat di Negara bersuhu tinggi punya kecenderungan untuk tinggal didalam ruangan, maka banyak kasus pajanan asbestos adalah pada ruangan.

1.5 Asbestos di lingkungan kerja
Abestos di udara dibagi bebetrap macam;bentuk yang dapat terhirup, ataupun yang dibuat oleh manusia seperti fiber silica dan aluminum oxide, gypsum, zeolite, atapulgite, sepiolite dan wollastonite. Sekali serat asbes terbang maka tidak dapat dihentikan, hanya hujan atau salju yang dapat menghilangkannya. Serat kritis berukuran 5 µm dan diameter sampai 3 µm dengan perbandingan hingga 3 : 1. dalam lingkungan kerja sebenarnya serat asbestos dapat dengan mudah dideteksi. Saat ini mikroskop electron telah dapat mendeteksi keberadaan serat asbes di lingkungan kerja. Dalam praktiknya Identifikasi serat asbes untuk emmbedakan dengan serat lain, dapat dilakukan dengan difraksi electron atau dispersi energi analisa difraksi X-ray yang dipasang pada mikroskop electron.
Pajanan pada; Daerah perkotaan: dibawah 100 F/m3 untuk daerah pemukiman dibawah 100 sampai 1000 F/ m3. dekat dengan sumber akan berbeda-beda rata-ratanya.
• Arah angin dari pabrik semen asbes jaeak 300 m: 2200 F/m3, jarak 700 m: 600 F/m3
• Jalan yang sibuk, 900 F/m3
Lingkungan dalam ruangan:
• Dalam gedung dengan tidak secara nyata memakai asbes dibawah 1000 F/m3
• Dalam gedung yang memakai asbestos beragam kadang 1000 F/m3 atau bahkan diatas 10.000 F/ m3
Chrysotile adalah subgroup berbentuk asbestiform termasuk dalam grup serpentine dari minerals. Ada beberapa spesies dari chrysotile: clinochrysotile (bentuknya monoclinic) orthochrysotile (bentuknya orthorhombic) dan parachrysotile (bnetuknya orthorhombic polymorph). Varian termasuk dalam phyllosylicates. Formula kimia ketiganya adalah Mg3 (Si2O5)(OH4) dengan variable iron dan fe2+ subsitusi dari magnesium. Chrysotile beragam warnanya dari putih abu-abu hingga kuning keemasan sampai hijau. Mempunyai kekuatan hardness 2.5 – 3. 3 bentuk dari anggota fiber dalam grup serpentine dan sudah ditambang dikenal sebagai asbestos.

Sabtu, 28 Juni 2008

HUMAN FACTOR ANALYSIS CONTROL SYSTEM

ANALISA BERDASARKAN THE HUMAN FACTORS ANALYSIS AND CLASSIFICATION SYSTEM (HFACS)

KASUS: KECELAKAAN TABRAKAN TOL CIBUBUR SAAT PRESIDEN SBY LEWAT (2004)



Latar belakang :
Model yang ditawarkan oleh James Reason (1990) adalah elemen dasar dari seluruh kegiatan Organisasi apabila ingin mencapai kerja yang aman dan efisiensi harus dimulai dengan kerjasama yang harmonis dari seluruh jajaran fungsi. Model ini dipakai oleh bidang aviasi sebagai komponen productive system. Untuk menuju productive system diperlukan kondisi awal yang dapat diandalkan: peralatan terawatt baik,dan petugas yang terlatih
Gagalnya productive system karena menurut Reason terputusnya proses yang menyebabkan kecelakaan. Menurut model swiss cheese penyelidik kecelakaan harus menganalisa seluruh langkah dan tingkatan dari system untuk memahami penyebab mendasar dari kecelakaan. Reason model mengisyaratkan bahwa akibat tidak hanya pada tingkat supervisor saja, tetapi pada keseluruhan tingkat kinerja Organisasi. Hal yang paling Utama adalah bila penyelidikan kecelakaan ingin berhasil harus dilakukan penyelidikan pada seluruh tingkat Organisasi.











Gbr. Breakdown of productive system

Keunggulan dan batasan akan Reason model; Keunggulannya dapat diurutkan mulai dari productive system yang rumit; ergonomic perspective, organizational perspective, aero medical perspective, psychosocial perspective hingga cognitive perspective yang mendasari asal terjadinya insiden atau kecelakaan adalah bermuara pada pilot error. Batasannya adalah gagalnya untuk mengenali asal mendasar akan “lubang” pada cheese. Akhirnya penyelidikan mengarah pada ICAO (1993) yang merujuk pada SHEL model sebagai kerangka untuk penyelidikan suatu kecelakaan. Karena Reason model hanya mengulas pada primarily descriptive bukan analisis, maka untuk mendapatkan kejelasan “lubang” keju diperlukan alat analisa.

Konsep :
HFACS sebagai salah satu alat analisa “lubang keju” (Shappel dan Wiegmann, 2001). Secara spesifik HFACS menjabarkan empat lapisan dalam Reason Model; 1. Unsafe acts. 2. Kondisi awal dari Unsafe acts, 3. Unsafe supervision dan 4. Pengaruh Organisasi.

Unsafe acts: dibagi dua yaitu errors dan violations.
Errors mewakili mental atau tampilan fisik sehingga gagal mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan violations adalah tidak diindahkan aturan dan kaidah yang ditetapkan.
Kondisi awal Unsafe acts: adalah lebih focus pada akibatnya tetapi tidak dipahami penyebab akibat dari awal terjadinya. Kondisi awal dari unsafe acts dibagi menjadi; kondisi pelaku, factor Lingkungan dan factor perseorangan.
Unsafe supervision: adalah pengaruh supervisor pada kondisi pelaku dan Lingkungan sekelilingnya. Penjabaran dibagi menjadi inadequate supervision, Perencanaan operasi yang tidak memedai, kegegalan memperbaiki problem, dan supervisory violations.
Pengaruh Keorganisasian: kegagalan mengambil keputusan pada jajaran tingkat atas berpengaruh secara langsung pada tindakan supervisory dan kondisi tindakan pelaku. Proses ini dijabarkan menjadi; Manajemen sumber daya, iklim keorganisasian serta proses keorganisasian.

Pembahasan pada kasus:
Kasus terjadinya kecelakaan tabrakan beruntun di Jalan tol Jagorawi simpang cibubur saat melintasnya presiden RI tahun 2004. Melalui klasifikasi HFACS dijabarkan adalah sebagai berikut:
Seorang Berseragam Polisi Diduga Penyebab Tabrakan Beruntun di Tol Cibubur
Rabu, 17 November 2004 | 10:52 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Penyetopan mendadak diduga penyebab kecelakaan beruntun di ruas Cibubur Tol Jagorawi. Kecelakaan ini sedikitnya menewaskan lima orang sekaligus dan sebanyak 10 lainnya luka-luka.

Sabtu, 21 Juni 2008

Internal Audit Training a tool for improvement


Inetrnal audit training ues to be aone night preparation for audit program. But in many task this event helpful to prevail inside of the not ongoing of work. See how the task goes and internal audit will help your organisation.